Budaya

Ogoh-Ogoh Meriahkan Rangkaian Nyepi di Buleleng

Senin, 11 Maret 2024

Card image

Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai berkeliling pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi. (photo : ist)

SINGARAJA, Sebagai tradisi dan juga kekhasan Hari Raya Suci Nyepi, Ogoh-ogoh mewarnai pelaksanaan pengerupukan sehari menjelang pelaksanaan penyepian, seperti halnya Minggu 10 Maret 2024 pada petang hari di beberapa tempat di Kabupaten Buleleng, usai melaksanakan pecaruan dimeriahkan dengan pengarakan ogoh-ogoh.

Kehadiran ogoh-ogoh yang diarak tersebut juga mengundang kehadiran masyarakat sehingga memenuhi sejumlah ruas jalan, “Menarik dan menjadi hiburan setiap tahun, karena ini menjadi tradisi setiap nyepi pasti ada ogoh-ogoh, kami berharap ini tetap ada, jangan ada laranngan,” ungkap Gede Subudiyasa, warga Kelurahan Banyuasri.

Hal senada diungkapkan Komang Adi Pratama yang datang Bersama keluarga menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh tersebut, bahkan disebutkan sengaja datang untuk melihat tradisi di malam pengerupukan itu dari satu tempat ke tempat yang lain.

“Biasanya di Kota Singaraja, hanya saja tahun ini tidak di gelar dan biasanya kita selalu berpindah-pindah melihat pengarakan ogoh-ogoh antara desa yang satu dengan lainnya. Ini sebuah tradisi yang harus terus dilaksanakan dan telah menjadi hiburan masyarakat di Buleleng,” ujarnya.

Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan alam semesta atau Bhu dan waktu atau Kala  yang tidak terukur dan tidak terbantahkan.

Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Raya Nyepi dan diarak beramai-ramai berkeliling pada senja hari pengerupukan atau sehari sebelum Hari Nyepi. Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung atau alam raya dan Bhuana Alit atau diri manusia.

Dalam pandangan Tattwa atau filsafat, kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Perwujudan Ogoh-ogoh biasanya dalam wujud Bhuta Kala yang digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud Raksasa. Selain wujud Raksasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Surga dan Neraka, seperti, naga, gajah, dewa maupun widyadari. (*)


Editor: Redaksi

Berita Terkini