Opini
Apa Yang Bisa Dibanggakan di 420 Tahun Kota Singaraja (1)
Kamis, 28 Maret 2024
Apa Yang Bisa Dibanggakan di 420 Tahun Kota Singaraja (1)
Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Singaraja ke-420 tahun, pada tahun 2024 mengusung tagline, “Buleleng Berbangga”, namun gegap gempita perayaan justru terjadi penurunan pelayanan dan berbagai persoalan di Masyarakat yang terkadang hanya dilihat sebagai hal biasa.
Sejak dilantik, pada Sabtu 27 Agustus 2022 oleh Gubernur Bali, Wayan Koster atas nama Presiden Republik Indonesia, Ketut Lihadnyana resmi sebagai Penjabat Bupati Buleleng, bahkan sekarang ini merupakan jabatan perpanjangan keduakalinya yang harus diemban Lihadnyana yang merupakan Putra Buleleng dari Desa Kekeran Kecamatan Busungbiu.
Masyarakat Buleleng-pun merasakan dampak PJ Bupati Buleleng yang dikenal murah senyum dan siap mendengar keluhan masyarakat, sayangnya hal ini tidak dibarengi kinerja maupun kerjasama yang baik dengan bawahannya, bahkan cenderung berimbas negatif pada Masyarakat.
Sebagai mantan Birokrat di Pemprov Bali, masyarakat Buleleng kembali mempertanyakan kecakapan Ketut Lihadnyana dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan di Kabupaten Buleleng, sebab pergantian Putu Agus Suradnyana, S.T., dan dr. I Nyoman Sutjidra, Sp. OG., juga dibarengi dengan hilangnya sejumlah program dan pelayanan yang sebelumnya telah dirasakan Masyarakat Buleleng.
Kita masih ingat dengan Buleleng Emergency Services (BES) yang merupakan sebuah terobosan di layanan bidang kesehatan yang dilakukan Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Wakil Bupati Nyoman Sutjidra.
BES yang diluncurkan sejak 4 Juli 2014 ini merupakan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yang dikelola bersama Dinas Kesehatan dengan Rumah Sakit Umum (RSU), Rumah Sakit Swasta, dan Puskesmas se-kabupaten Buleleng, bahkan saat itu 20 unit mobil ambulan bersiaga secara penuh untuk memberikan pelayanan kepada Masyarakat tanpa dipunggut biaya.
Masyarakat cukup menghubungi call center BES dengan nomer (0362) 23333 untuk mencari informasi pelayanan kesehatan, sehingga pertolongan pertama yang dibutuhkan dapat dilakukan dalam perjalanan ke rumah sakit.
Hingga tahun 2017, BES telah memiliki 30 unit ambulans yang siap melayani masyarakat. Keberadaan ambulance disebar merata masing-masing 1 unit untuk di 20 Puskesmas di wilayah Kabupaten Buleleng, 5 unit ambulans di pusat Call Center, masing-masing 2 unit ambulance di 2 Rumah Sakit Pratama dan 1 unit di RSUD Kabupaten Buleleng. Selain 30 armada ambulans, BES juga memiliki 5 unit mobil jenazah untuk melayani keperluan masyarakat secara gratis.
Namun sayang, pelayanan Kesehatan di Buleleng itu kini tidak bisa lagi dinikmati masyarakat, bahkan masyarakat harus merogoh kantong, membayar 250 ribu hingga 300 ribu jika memerlukan layanan ambulance.
Pun demikian dari informasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, ambulance BES yang dulu berjumlah 30 unit, kini hanya dua yang beroperasi dalam memberikan pelayanan. Konon disebutkan, Sebagian besar mobil ambulance yang membantu masyarakat itu mengalami kerusakan berat dan sedang, bahkan ada mobil ambulance tanpa roda, ada juga tanpa accu, mobil ambulance itu kini sebagian besar terancam menjadi barang rongsokan.
Konon, kondisi tersebut akibat adanya pemotongan anggaran pemeliharaan kendaraan dan operasional ambulance Buleleng Emergency Services, beberapa pegawai kontrak yang mengawaki operasional kendaraan itu juga berhenti dengan sendirinya.
Lantas, kapan lagi masyarakat Buleleng bisa menikmati pelayanan gratis ambulance, tanpa dibebani biaya 200 hingga 300 ribu rupiah ?, Lalu, dibawa kemana anggaran untuk BES yang dipotong itu ? (002)
(bersambung)
Editor: Sadarsana